Hari: 20 Mei 2025

Akulturasi Budaya: Islam & Tradisi Lokal di Indonesia, Belajar di SMP

Akulturasi Budaya: Islam & Tradisi Lokal di Indonesia, Belajar di SMP

Mempelajari akulturasi budaya Islam dengan tradisi lokal di Indonesia sangat menarik bagi siswa SMP. Mereka diajak memahami bagaimana Islam dan tradisi lokal dapat bersatu, membentuk identitas budaya bangsa yang unik. Ini menunjukkan toleransi, kearifan, dan adaptasi ajaran Islam di Nusantara.

Akulturasi adalah proses perpaduan dua budaya tanpa menghilangkan unsur aslinya. Dalam konteks Islam di Nusantara, ajaran Islam disebarkan dengan cara yang damai, menyerap dan memodifikasi budaya yang sudah ada, bukan menghapusnya.

Contoh nyata akulturasi terlihat pada seni bangunan. Masjid-masjid kuno di Indonesia, seperti Masjid Demak, memiliki atap tumpang yang mirip bangunan pura Hindu. Ini menunjukkan adanya perpaduan arsitektur lokal dengan sentuhan Islam, menciptakan gaya khas.

Seni sastra juga menjadi media akulturasi yang kuat. Munculnya hikayat, babad, dan suluk yang berisi ajaran Islam namun ditulis dalam bentuk dan gaya sastra lokal. Wayang kulit pun digunakan sebagai media dakwah oleh Wali Songo, mengintegrasikan nilai Islam dalam cerita.

Dalam seni ukir dan kaligrafi, terlihat perpaduan motif flora dan fauna dengan tulisan Arab yang indah. Hal ini menunjukkan penyesuaian ajaran Islam yang melarang penggambaran makhluk hidup secara realistis, menjadi seni yang simbolis.

Sistem kalender Jawa ciptaan Sultan Agung juga merupakan hasil akulturasi yang brilian. Ia menggabungkan penanggalan Saka (Hindu) dengan kalender Hijriah (Islam), menciptakan sistem unik yang masih digunakan oleh sebagian masyarakat hingga kini.

Berbagai upacara adat seperti sekaten, grebeg, atau bahkan tradisi seperti slametan di Jawa juga merupakan bukti akulturasi. Ritual-ritual ini diwarnai nilai Islam namun tetap mempertahankan kearifan lokal.

Guru berperan menjelaskan bagaimana kearifan lokal turut memperkaya praktik keagamaan dan budaya Islam. Ini penting untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya Indonesia yang majemuk dan harmonis, sebagai jati diri bangsa.

Dengan memahami akulturasi budaya ini, siswa SMP belajar tentang keberagaman dan toleransi. Mereka menghargai bagaimana Islam dan tradisi lokal bisa hidup berdampingan secara damai dan saling memperkaya. Ini bekal penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan menjaga persatuan.

Inovasi Pendidikan Digital: Strategi Kemendikbud Mengoptimalkan Peran Institusi Pelatihan

Inovasi Pendidikan Digital: Strategi Kemendikbud Mengoptimalkan Peran Institusi Pelatihan

Transformasi lanskap pendidikan di Indonesia semakin gencar, dan Inovasi Pendidikan Digital menjadi pilar utama strategi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam mengoptimalkan peran institusi pelatihan. Langkah ini bukan sekadar mengikuti tren, melainkan respons proaktif terhadap kebutuhan pasar kerja yang terus berubah dan tuntutan pemerataan akses pendidikan berkualitas di seluruh pelosok negeri.

Kemendikbudristek memahami bahwa institusi pelatihan, seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), memiliki peran vital dalam mencetak tenaga kerja terampil. Namun, agar relevan di era ini, mereka harus mampu mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi digital. Dalam sebuah seminar virtual yang diselenggarakan pada Rabu, 15 Mei 2025, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Bapak Wikan Saksono, M.Sc., menyoroti pentingnya Inovasi Pendidikan Digital. “Kami ingin LKP menjadi garda terdepan dalam menghasilkan SDM unggul. Dengan digitalisasi, mereka bisa menjangkau lebih banyak peserta dan menawarkan program yang lebih dinamis,” ungkapnya.

Strategi yang diterapkan Kemendikbudristek meliputi beberapa aspek krusial. Pertama, pengembangan kurikulum yang relevan dengan industri 4.0 dan 5.0, dengan penekanan pada keterampilan digital dan literasi teknologi. Kedua, fasilitasi penyediaan platform pembelajaran daring yang user-friendly dan interaktif. Banyak LKP kini didorong untuk membangun Learning Management System (LMS) mandiri atau memanfaatkan platform yang sudah tersedia. Ketiga, peningkatan kapasitas sumber daya manusia di LKP, mulai dari instruktur hingga pengelola, agar mahir dalam merancang dan menyelenggarakan program daring.

Contoh nyata dari Inovasi Pendidikan Digital ini terlihat dari keberhasilan LKP “Kreatif Mandiri” di Bandung yang pada April 2025 lalu berhasil meluncurkan program kursus Full-Stack Developer secara online. Dengan modul interaktif, sesi live coding, dan proyek kolaborasi virtual, program ini menarik ratusan peserta dari berbagai provinsi. Kepala LKP Kreatif Mandiri, Ibu Rina Safitri, menyatakan, “Dukungan Kemendikbudristek sangat membantu kami dalam transisi ini. Kini kami bisa memberikan pendidikan berkualitas tanpa batasan ruang dan waktu.”

Melalui berbagai program pendampingan dan insentif, Kemendikbudristek berupaya memastikan bahwa Inovasi Pendidikan Digital tidak hanya terpusat di kota-kota besar. Targetnya adalah agar LKP di daerah juga mampu memanfaatkan potensi digital untuk mencetak talenta lokal yang berdaya saing global. Ini adalah langkah fundamental dalam membangun ekosistem pendidikan vokasi yang kuat dan adaptif, sehingga peran institusi pelatihan dapat teroptimalkan sepenuhnya demi kemajuan bangsa.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa