Etika Berpakaian di Sekolah: Mengajarkan Kerapian dan Penghormatan Diri pada Siswa SMP
Meskipun sering dianggap sebagai aturan sepele, etika berpakaian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) jauh lebih dalam daripada sekadar kepatuhan seragam. Aturan tentang kerapian dan kesesuaian pakaian berfungsi sebagai alat pedagogis untuk Penghormatan Diri, disiplin, dan pengenalan akan norma sosial. Dengan mematuhi standar berpakaian, siswa SMP belajar menghargai diri mereka sendiri, lingkungan sekolah, dan nilai-nilai kesopanan. Penghormatan Diri ini sangat krusial di usia remaja, di mana citra diri sedang aktif dibentuk. Ketika siswa merasa rapi dan pantas, mereka cenderung bertindak dengan lebih bertanggung jawab dan fokus dalam kegiatan akademik.
Salah satu tantangan terbesar bagi guru dan sekolah adalah meyakinkan siswa bahwa aturan seragam bukanlah upaya membatasi kebebasan, melainkan bagian dari persiapan untuk dunia profesional. Untuk Penghormatan Diri, sekolah harus secara eksplisit mengaitkan kerapian pakaian dengan citra diri yang positif. Sebagai contoh, SMP Karya Mulia di Surabaya mengadakan sesi workshop bertajuk “Pakaianmu Mencerminkan Dirimu” setiap awal semester (yaitu Juli dan Januari) yang disampaikan oleh Guru Bimbingan Konseling (BK), Ibu Maya Sari, M.Pd. Sesi ini tidak membahas hukuman, melainkan membahas psikologi berpakaian—bagaimana pakaian yang rapi memengaruhi cara orang lain memandang mereka dan, yang lebih penting, cara mereka memandang diri sendiri.
Strategi kedua adalah penegakan aturan yang adil dan konsisten. Perbedaan kecil seperti panjang rok, warna sepatu, atau make-up berlebihan seringkali menjadi sumber konflik. Sekolah harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang transparan dan tertulis. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Cirebon, Bapak Ali Topan, menetapkan bahwa setiap pagi pukul 06.45 WIB, Guru Piket dan petugas keamanan sekolah akan melakukan pemeriksaan seragam di gerbang masuk. Jika ditemukan pelanggaran, sanksi yang diberikan bersifat edukatif, misalnya siswa diminta merapikan kembali atributnya di tempat yang disediakan sebelum masuk kelas. Konsistensi ini memastikan siswa memahami bahwa aturan adalah permanen, bukan tergantung mood guru.
Selain itu, sekolah harus berkolaborasi dengan orang tua untuk mendukung prinsip Penghormatan Diri ini di rumah. Orang tua perlu memastikan seragam dicuci dan disiapkan dengan baik sebelum Hari Senin tiba. Pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan aparat terkait untuk memberikan perspektif yang lebih luas. Misalnya, Kepolisian Sektor (Polsek) Metro X mengadakan sesi edukasi pada Oktober 2024 tentang pentingnya penampilan profesional, di mana Bripka Haris membahas bagaimana standar berpakaian di lingkungan kerja atau institusi formal (seperti saat berurusan dengan kepolisian) mencerminkan Penghormatan Diri dan kesiapan. Dengan demikian, etika berpakaian di sekolah menjadi pelajaran praktis tentang tanggung jawab sosial dan pembentukan karakter.
