Masa Orde Baru (1966-1998) tidak hanya membentuk politik dan ekonomi. Kehidupan Sosial Budaya masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan signifikan. Pemerintah menerapkan kontrol ketat, namun masyarakat tetap beradaptasi. Era ini menjadi saksi tarik-ulur antara regulasi negara dan dinamika budaya rakyat.
Salah satu fokus utama Orde Baru adalah stabilitas. Pemerintah percaya bahwa ketertiban sosial penting untuk pembangunan. Maka, berbagai kebijakan disusun untuk mengatur Kehidupan Sosial Budaya. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang seragam dan patuh pada nilai-nilai Pancasila versi pemerintah.
Pendidikan menjadi alat utama indoktrinasi. Mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) diwajibkan. Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) digalakkan masif. Ini bertujuan menanamkan ideologi negara. Masyarakat diharapkan memiliki pemahaman yang seragam tentang Pancasila.
Kontrol terhadap informasi sangat ketat. Media massa diawasi, kritik dibatasi. Berita dan program televisi serta radio seringkali bernuansa propaganda. Sensor terhadap seni dan film juga diterapkan. Ini dilakukan untuk mencegah ide-ide yang dianggap subversif atau meresahkan stabilitas.
Organisasi masyarakat juga diatur secara ketat. Hanya organisasi yang diakui pemerintah yang boleh beroperasi. Organisasi massa tunggal (OMT) diberlakukan di berbagai sektor. Contohnya, Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) untuk PNS. Ini membatasi ruang gerak masyarakat sipil.
Di sisi lain, pembangunan ekonomi membawa dampak sosial. Urbanisasi meningkat, masyarakat desa banyak pindah ke kota. Mobilitas sosial juga terjadi, munculnya kelas menengah baru. Konsumsi meningkat, gaya hidup masyarakat mulai berubah. Ini menunjukkan adaptasi masyarakat terhadap modernisasi.
Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Festival Film Indonesia (FFI) digalakkan. Ini upaya pemerintah membangun identitas nasional. Juga sebagai hiburan yang terkontrol bagi masyarakat. Kehidupan Sosial Budaya diarahkan untuk mendukung narasi pembangunan yang dicanangkan pemerintah.
Meski demikian, resistensi budaya tetap ada. Musik-musik populer, sastra, dan seni alternatif tetap berkembang. Meski kadang sembunyi-sembunyi, kreativitas tak bisa sepenuhnya dibungkam. Masyarakat menemukan cara-cara halus untuk mengekspresikan diri di luar kontrol resmi.
Program Keluarga Berencana (KB) juga merupakan program sosial besar. Tujuannya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Kampanye masif dilakukan untuk mensosialisasikan program ini. KB berhasil menekan angka kelahiran dan mengubah pola pikir keluarga.